Istilah game berasal dari bahasa inggris yang memiliki arti
‘permainan’. Di mana, game tersebut diartikan sebagai sesuatu yang dapat
dimainkan dengan aturan-aturan tersendiri di dalamnya. Pada perkembangannya
game ini mengalami perkembangan yang begitu pesat sehingga perubahan yang
terjadi baik dari sudut audio dan visual semakin beragam dan lebih baik
tentunya. Dalam tulisan ini saya mencoba memaparkan bahwa game yang biasanya
kita kenal hanya sebatas alat permainan justru dapat dikatakan
sebagai sebuah karya seni. Lantas apa yang membuat game dapat dikatakan sebagai sebuah seni? Tentu satu hal yang menjadi dasar dalam hal ini berkaitan dengan experience.
sebagai sebuah karya seni. Lantas apa yang membuat game dapat dikatakan sebagai sebuah seni? Tentu satu hal yang menjadi dasar dalam hal ini berkaitan dengan experience.
Sebelum menyentuh persoalan dasar mengapa game dapat
dikatakan sebagai sebuah seni, hendaknya kita terlebih dahulu mengetahui apa
saja komponen yang terdapat dalam sebuah game tersebut. Sebuah game tercipta
tentunya tidak terlepas dari peran seorang designer game.
Dapat dikatakan peranan ide seorang designer ini yang menjadi
titik penting dalam pembuatan game, di mana terjadi proses perulangan ide
tersebut sehingga impilkasi dari perulangan tersebut menjadikan tersajinya satu
konsep game yang hendak dibuat. Pengejawantahan konsep ini dituangkan dalam
bentuk tema game dan dengan elemen-elemen yang terdapat pada game.
Sangat mudah mengatakan jika game itu memang benar-benar
sebuah seni jika hanya ditinjau dari segi visualnya saja. Tetapi kita lupa bahwa
game tidak hanya sebuah tayangan visual, melainkan terdapat sisi lainnya yakni
audio. Dalam buku yang berjudul “The Art of Game Design” karya
Jesse Schell, dikatakan bahwa audio ini merupakan sebuah kekuatan yang tak
terduga yang turut membangun sensasi dalam sebuah strktur game. Dengan
terdapatnya audio dalam game, hal itu mampu membuat setiap pemainnya menikmati
apa yang disajikan dalam game tersebut.
Berbicara bahwa game adalaha sebuah seni tentu tidak
terlepas dari pengalaman yang didapatkan dari game tersebut. Lantas dari mana
pengalaman estetis itu bisa didapat? Tentu tidak lepas dari kolaborasi antara
audio dan visual yang melekat pada sebuah game. Kolaborasi audio visual ini
mewakili komponen yang ada dalam game seperti story, character,
dan space, sehingga para penikmatnya dapat mengenal apa yang
dinamakan dengan “the world” yang ada dalam game tersebut.
Tetapi game dapat dikatakan sebagai sebuah seni tentu tidak
terlpas dari peran para pemainnya, diasumsikan bahwa setiap pemain ini memiliki
kesadaran pada saat bermain game tersebut, sehingga dengan adanya permaianan
yang secara langsung terjadi proses kesadaran si pemaian yang bersentuhan
dengan the world yang ada di dalam game tersebut menimbulkan
sebuah pengalaman tersendiri bagi para pemain game. Sehingga, si pemain
mendapatkan suatu pengalaman estetik yang hendak disampaikan oleh game tersebut.
Dalam melakukan sesuatu, seseorang akan mengalami sebuah
pengalaman. Pengalaman tersebut dapat berasal dari banyak hal. Game merupakan
medium untuk mendapatkan sebuah pengalaman. Game tidakakan berguna jika tidak
ada orang yang memainkannya, karena inti dari game adalah pengalaman. Perlu
dipahami bahwa game bukan merupakan pengalaman itu sendiri, melainkan sebagai
medium untuk pengalaman
Permasalahan yang muncul terkait dengan game dan pengalaman
adalah keterlibatan subjek atau gamers. Pemain merupakan unsur yang penting
dalam game karena tanpa pemain maka tidak ada pengalaman yang diberikan oleh
game. Game berbeda dengan bentuk medium seni lainnya seperti film, lukisan,
musik, dan sebagainya, yang cenderung linear. Game menarik pemain kedalam
dunianya yang dibentuk oleh designer.
Garis pembatas antara audiens (pemain) dan sebuah karya seni (game) seakan
hilang. Dalam game, pemain diberikan pilihan dan kebebasan untuk menjalankan
cerita sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Hal ini yang membuat game
berbeda dengan karya seni lainnya.
Gadamer menyatakan bahwa titik tolak yang utama dalam
peranan estetika ialah bermain. Gadamer melihat bahwa manusia memiliki sesuatu
yang ia sebut sebagai the anthropological basis of our experience of
art (dasar antropologi pengalaman seni kita). Hal ini bukan makna yang
dapat disampaikan secara eksplisit dalam bahasa, tetapi seperti simbolis yang
bertujuan untuk menjadi apa yang mewakili. Dengan simbol-simbol, game hanya
dapat dimaknai apa bila kita ikut mengartikan makna itu sendiri (make
imagination). Hal inilah yang mengantarkan gamers dapat
mengalami pengalaman estetis dari sebuah game. Selain itu, designer game turut mengajak gamers untuk
terlibat dalam sebuah game yang bebas kreatif.
Kita dapat simpulkan bahwa game tidak hanya sekedar sebuah
alat permainan yang mekanis teknologi, tetapi di dalam game terdapat perpaduan
unsur-unsur seni, seperti musik, lukis, cerita atau narasi, visual, dan
sinematografi-video. Masuknya seseorang dalam sebuah game akan mendapatkan
pengalaman yang sangat menakjubkan dan unik dari bermain game itu sendiri. Dan
dalam sebuah game, pemain diberikan sebuah kebebasan untuk menentukan takdirnya
dalam sebuah permainan game, antara orang itu menjadi menang atau menjadi kalah
(winners and losers). Dengan demikian, game sebagai sebuah karya seni
adalah pengalaman estetis yang menyenangkan bagi seseorang, serta yang paling
penting dan berbeda dari karya seni lainnya ialah seseorang diberikan peran
yang aktif untuk terlibat di dalam sebuah game.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar